Udin lukman, Moch. Agus
Krisno Budiyanto
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP
Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Tlogomas 246 Malang Telp 464318
psw 120, email: aguskrisno@yahoo.co.id,
Beberapa
hari lalu, si iyeng abis di-imunisasi DPT. Wah, efeknya jadi demam, panas.
Sempet ditawari juga, mau yang panas apa yang enggak? (kok kayak pesen minum….)
Lha Saya gak ngerti, Saya jawab yang biasa aja. Ternyata setelah melihat
efeknya, adhuh, kasian. Imunisasi berikutnya mau pake yang gak panas, mahal
biarin. Tapi ….Benarkah Imunisasi Justru Membuat Anak Sakit?
Imunisasi
bukanlah hal baru dalam dunia kesehatan di Indonesia, namun tetap saja sampai
kini banyak orangtua yang masih ragu-ragu dalam memutuskan apakah anaknya akan
diimunisasi atau tidak.
Kebingungan
tersebut sebenarnya cukup beralasan, banyak selentingan dan mitos yang
kontroversial beredar, mulai dari alergi, autis, hingga kejang-kejang akibat
diimunisasi. Namun, jika para orangtua mengetahui informasi penting sebelum
imunisasi, sebenarnya risiko-risiko tersebut bisa dihindari. Apa saja yang perlu
diketahui orangtua? Banyaknya penyakit baru yang menular dan mematikan serta
penyakit infeksi masih menjadi masalah di Indonesia. Selain gaya hidup sehat
dan menjaga kebersihan, imunisasi merupakan cara untuk melindungi anak-anak
dari bahaya penyakit menular.
Hal
tersebut diungkapkan oleh Dr.Soedjatmiko, SpA(K), MSi, Ketua Divisi Tumbuh
Kembang Pediatrik Sosial, FKUI, RSCM. “Vaksinasi akan meningkatkan kekebalan
tubuh dan mencegah tertularnya penyakit tertentu,”katanya.
Di
Indonesia, ada lima jenis imunisasi yang wajib diberikan pada anak-anak, yakni
BCG, polio, campak, DTP, dan hepatitis B. Menurut badan kesehatan dunia (WHO),
kelima jenis vaksin tersebut diwajibkan karena dampak dari penyakit tersebut
bisa menimbulkan kematian dan kecacatan. Selain yang diwajibkan, ada pula jenis
vaksin yang dianjurkan, misalnya Hib, Pneumokokus (PCV), Influenza, MMR, Tifoid,
Hepatitis A, dan Varisela.
Harus
Fit Sebelum anak diimunisasi, ada beberapa kondisi yang membuat imunisasi
sebaiknya ditunda, yakni saat anak sedang panas tinggi, sedang minum prednison
dosis tinggi, sedang mendapat obat steroid, dalam jangka waktu 3 bulan terakhir
baru mendapat transfusi darah atau suntikan imunoglobulin. Intinya si kecil
harus dalam kondisi sehat sebelum diimunisasi agar antibodinya bekerja.
Imunisasi adalah pemberian virus, bakteri, atau bagian dari bakteri ke dalam
tubuh untuk membentuk antibodi (kekebalan). Jika anak sakit dimasuki kuman atau
virus lain dalam vaksin, maka kerja tubuh menjadi berat dan kekebalannya tidak
tinggi.
“Kalau hanya batuk pilek sedikit atau diare sedikit tidak apa-apa diberi imunisasi, tapi jika bayi sangat rewel sebaiknya ditunda satu-dua minggu,”papar Seodjatmiko. Soedjatmiko menyarankan agar orangtua memberitahukan pada dokter atau petugas imunisasi jika vaksin terdahulu memiliki efek samping, misalnya bengkak, panas tinggi atau kejang. Sesudah imunisasi
“Kalau hanya batuk pilek sedikit atau diare sedikit tidak apa-apa diberi imunisasi, tapi jika bayi sangat rewel sebaiknya ditunda satu-dua minggu,”papar Seodjatmiko. Soedjatmiko menyarankan agar orangtua memberitahukan pada dokter atau petugas imunisasi jika vaksin terdahulu memiliki efek samping, misalnya bengkak, panas tinggi atau kejang. Sesudah imunisasi
Menurut
Seodjatmiko, setiap vaksin memiliki reaksi berbeda-beda, tergantung pada
penyimpanan vaksin dan sensitivitas tiap anak. Berikut reaksi yang mungkin
timbul setelah anak diimunisasi dan bagaimana solusinya. BCG Setelah 4-6 minggu
di tempat bekas suntikan akan timbul bisul kecil yang akan pecah, bentuknya
seperti koreng. Reaksi ini merupakan normal. Namun jika koreng membesar dan
timbul kelenjar pada ketiak atau lipatan paha, sebaiknya anak segera dibawa
kembali ke dokter. Untuk mengatasi pembengkakan, kompres bekas suntikan dengan
cairan antiseptik. DPT
Reaksi
lokal yang mungkin timbul adalah rasa nyeri, merah dan bengkak selama satu-dua
hari di bekas suntikan. Untuk mengatasinya beri kompres hangat. Sedangkan
reaksi umumnya antara lain demam dan agak rewel. Berikan si kecil obat penurun
panas dan banyak minum ASI.
Kini sudah ada vaksin DPT yang tidak menimbulkan reaksi apapun, baik lokal maupun umum, yakni vaksin DtaP (diphtheria, tetanus, acellullar pertussis), sayangnya hariga vaksin ini jauh lebih mahal dari vaksin DPT.
Kini sudah ada vaksin DPT yang tidak menimbulkan reaksi apapun, baik lokal maupun umum, yakni vaksin DtaP (diphtheria, tetanus, acellullar pertussis), sayangnya hariga vaksin ini jauh lebih mahal dari vaksin DPT.
Campak
5-12 hari setelah anak mendapat imunisasi campak, biasanya anak akan demam dan
timbul bintik merah halus di kulit. Para ibu tidak perlu mengkhawatirkan reaksi
ini karena ini sangat normal dan akan hilang dengan sendirinya. MMR (Mumps,
Morbilli, Rubella)
Reaksi
dari vaksin ini biasanya baru muncul tiga minggu kemudian, berupa bengkak di
kelenjar belakang telinga. Untuk mengatasinya, berikan anak obat penghilang
nyeri.
Orangtua yang membawa anaknya untuk diimunisasi dianjurkan untuk tidak langsung pulang, melainkan menunggu selama 15 menit setelah anak diimunisasi, sehingga jika timbul suatu reaksi bisa langsung ditangani.
Orangtua yang membawa anaknya untuk diimunisasi dianjurkan untuk tidak langsung pulang, melainkan menunggu selama 15 menit setelah anak diimunisasi, sehingga jika timbul suatu reaksi bisa langsung ditangani.
Bagaimana
jika orangtua lupa pada jadwal vaksinasi anak? Menurut Soedjatmiko hal itu
tidak menjadi masalah dan tidak perlu mengulang vaksin dari awal. “Tidak ada
itu istilah hangus. Sel-sel memori dalam tubuh mampu mengingat dan akan
merangsang kekebalan bila diberikan imunisasi berikutnya,” katanya. Untuk
mengejar ketinggalan, dokter biasanya akan memberi vaksin kombinasi.
Meskipun
seorang anak sudah mendapatkan imunisasi secara lengkap, bukan berarti ia tidak
akan tertular penyakit, namun penyakitnya lebih ringan dan tidak terlalu
berbahaya. “Dampak dari penyakitnya lebih ringan, kemungkinan meninggal, cacat
dan lumpuh juga bisa dihindari,”kata dokter yang juga menjadi Satgas Imunisasi
PP IDAI ini.
Pilihan memang ada di tangan orangtua, tetapi bagaimanapun tugas orangtua adalah untuk melindungi anaknya, dan imunisasi adalah cara yang penting untuk mencegah si kecil dari serangan penyakit. Bukankah mencegah lebih baik dari mengobati
Pilihan memang ada di tangan orangtua, tetapi bagaimanapun tugas orangtua adalah untuk melindungi anaknya, dan imunisasi adalah cara yang penting untuk mencegah si kecil dari serangan penyakit. Bukankah mencegah lebih baik dari mengobati
PUSKESMAS SEBAGAI AGEN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Posted:
13 Apr 2010 05:53 AM PDT Lebih dari tiga dasawarsa Republik Indonesia mencoba
berupaya menyelesaikan persoalan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan R.I telah mengembangkan berbagai
inovasi strategi peningkatan pelayanan kesehatan yang lebih efektif, efisien
dan terpadu. Gagasan-gagasan baru untuk menyelesaikan berbagai persoalan
pelayanan kesehatan dicoba namun demikian faktanya adalah kualitas pelayanan
kesehatan di Negara Indonesia masih jauh jika dibandingkan dengan Negara
tetangga. Berbicara mengenai data kesehatan agak membuat kita miris ketika ada
temuan bahwa negara kita menduduki peringkat atas dalam hal jumlah kematian
bayi diantara anggota SEAMIC (Sout East Asia Medical Center). Sebagian
masyarakat masih mempunyai kesulitan dalam memperoleh derajat pelayanan
kesehatan yang optimal.
Desentralisasi
permasalahan kesehatan di tingkat nasional ke daerah merupakan inovasi yang
patut disambut dengan baik untuk menanggulangi berbagai masalah kesehatan
seperti disparitas pelayanan kesehatan yang masih tinggi, rendahnya kualitas
kesehatan penduduk miskin, rendahnya kondisi kesehatan lingkungan,
birokratisasi pelayanan Puskesmas, dan minimnya kesadaran masyarakat untuk
terlibat dalam mewujudkan visi Indonesia Sehat 2010, dibutuhkan strategi
pengorganisasian komunitas yang terpadu.
Puskesmas
sebagai unit pelayanan kesehatan yang terinstitusionalisasi mempunyai
kewenangan yang besar dalam mencipta inovasi model pelayanan kesehatan di aras
basis. Untuk itu dibutuhkan komitmen dan kemauan untuk meningkatkan/meratakan
kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dengan melakukan revitalisasi sistem
kesehatan dasar dengan memperluas jaringan yang efektif dan efisien di
Puskesmas, peningkatan jumlah dan kualitas tenaga kesehatan/revitalisasi kader
PKK, pembentukan standar pelayanan kesehatan minimum untuk kinerja sistem
kesehatan yang komprehensif, serta memperbaiki sistem informasi pada semua
tingkatan pemerintah.
Fungsi
Puskesmas terdiri dari tiga yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam
pembangunan kesehatan dan pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama. Dari
fungsi Puskesmas ini jelas peran Puskesmas bukan saja persoalan teknis medis
tetapi juga bagaimana keterampilan sumber daya manusia yang mampu mengorganisir
modal sosial yang ada di masyarakat. Fungsi dan peran Puskesmas sebagai lembaga
kesehatan yang menjangkau masyarakat di wilayah terkecil membutuhkan strategi
dalam hal pengorganisasian masyarakat untuk terlibat dalam penyelenggaraan
kesehatan secara mandiri.
PEMBAHASAN
Revitalisasi Puskesmas melalui strategi pengorganisasian masyarakat mempunyai misi untuk mengoptimalkan fungsi dan kinerja Puskesmas terutama dalam penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan maupun upaya kesehatan masyarakat di aras komunitas basis. Sumber daya manusia yang ada di Puskesmas selain menguasai teknis mengenai penanganan permasalahan kesehatan sebaiknya juga dibekali dengan penguasaan keterampilan untuk melakukan pengorganisasian komunitas.
Revitalisasi Puskesmas melalui strategi pengorganisasian masyarakat mempunyai misi untuk mengoptimalkan fungsi dan kinerja Puskesmas terutama dalam penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan maupun upaya kesehatan masyarakat di aras komunitas basis. Sumber daya manusia yang ada di Puskesmas selain menguasai teknis mengenai penanganan permasalahan kesehatan sebaiknya juga dibekali dengan penguasaan keterampilan untuk melakukan pengorganisasian komunitas.
Pengorganisasian
masyarakat merupakan proses untuk membangun kekuatan komunitas dengan
melibatkan anggota masyarakat sebanyak mungkin melalui proses menemukan modal
sosial, problematika, merumuskan alternatif pemecahan masalah –dalam hal ini
kesehatan- serta membangun institusi sosial yang demokratis, berdasarkan aspirasi,
keinginan, kekuatan dan potensi yang tumbuh dalam komunitas. Tujuan proses
pengorganisasian komunitas dalam merevitalisasi peran Puskesmas antara lain:
Membangun
kekuatan masyarakat: Pengorganisasian masyarakat bertujuan untuk mendorong
secara efektif modal sosial masyarakat agar mempunyai kekuatan untuk
menyelesaikan permasalahan dalam hal kesehatan secara mandiri. Melalui proses
pengorganisasian, masyarakat diharapkan mampu belajar untuk menyelesaikan
ketidakberdayaannya dan mengembangkan potensinya dalam mengontrol kesehatan
lingkungannya dan memulai untuk menentukan sendiri upaya-upaya strategis di
masa depan;
Memperkokoh kekuatan komunitas basis: Pengorganisasian masyarakat bertujuan untuk membangun dan menjaga keberlanjutan kelompok-kelompok kesehatan (Posyandu, Polindes, Dokter Kecil dan lainnya) yang kokoh yang dapat memberikan pelayanan terhadap permasalahan-permasalahan dan memfasilitasi aspirasi tentang permasalahan kesehatan di aras komunitas basis. Organisasi di aras komunitas dapat menjamin tingkat partisipasi, pada saat bersamaan, mengembangkan dan memperjumpakan dengan organisasi atau kelompok lain untuk semakin memperkokoh kekuatan komunitas;
Memperkokoh kekuatan komunitas basis: Pengorganisasian masyarakat bertujuan untuk membangun dan menjaga keberlanjutan kelompok-kelompok kesehatan (Posyandu, Polindes, Dokter Kecil dan lainnya) yang kokoh yang dapat memberikan pelayanan terhadap permasalahan-permasalahan dan memfasilitasi aspirasi tentang permasalahan kesehatan di aras komunitas basis. Organisasi di aras komunitas dapat menjamin tingkat partisipasi, pada saat bersamaan, mengembangkan dan memperjumpakan dengan organisasi atau kelompok lain untuk semakin memperkokoh kekuatan komunitas;
Membangun
aliansi: Puskesmas dan kelompok kesehatan di aras komunitas harus membangun dan
tergabung dalam aliansi-aliansi strategis untuk menambah proses pembelajaran
dan menambah kekuatan diri. Adapun langkah yang menjadi kompas dalam melakukan
pengorganisasian kesehatan di masyarakat antara lain:
1.
INTEGRASI- Sebuah proses dimana seorang
penggerak kesehatan masyarakat terlibat bersama di aras komunitas dan menjalin
komunikasi serta relasi dengan cara belajar dari budaya yang berkembang di
masyarakat. Akan lebih baik jika seorang penggerak kesehatan masyarakat tinggal
bersama dengan komunitas untuk membangun kepercayaan dan mempelajari segala
potensi dan permasalahan yang dihadapi oleh komunitas;
2.
INVESTIGASI MODAL SOSIAL MASYARAKAT-
Investigasi modal sosial merupakan
sebuah proses pembelajaran dan analisa yang sistematis mengenai struktur sosial-budaya
dan kekuatan atau potensi yang terdapat di target masyarakat yang diorganisir.
Dari proses ini diharapkan menghasilkan data terolah yang mampu menggambarkan
potret masyarakat yang diorganisir misalnya seperti community leader (pemimpin
lokal di aras komunitas basis), potensi kelompok swadaya, tingkat kesehatan,
dan lainnya;
3.
MEMBANGUN RENCANA DAN STRATEGI-
Perencanaan merupakan sebuah proses untuk mengidentifikasi tujuan dan
menterjemahkan tujuan tersebut ke dalam kegiatan yang nyata/konkrit dan
spesifik. Perencanaan akhir dan pengambilan keputusan akhir dilakukan oleh
komunitas yang diorganisir;
4.
GROUNDWORK: Proses penajaman dari langkah
pengorganisasian, merupakan proses dialogis dan transformatif. Pendekatan yang
dilakukan bukan lagi orang per orang tetapi sudah dengan melakukan
kelompok-kelompok kecil dengan melakukan dialog mengenai pandangan, impian,
analisis, kepercayaan, perilaku yang berkaitan dengan isu/persoalan yang
dikeluhkan oleh komunitas. Proses ini bertujuan untuk memastikan keterlibatan
kelompok dalam melakukan analisa, pemecahan masalah, dan aksi bersama untuk memecahkan
permasalahan tersebut.
5.
RAPAT-RAPAT- Mencari tahu budaya, sejarah,
kondisi ekonomi, lingkungan, pemimpin lokal, aktivitas formal dan informal,
dalam komunitas. Perjumpaan dengan kelompok besar di aras komunitas dilakukan
juga untuk mendiskusikan secara formal mengenai isu yang akan dipecahkan
bersama;
6.
ROLE PLAY: Merupakan sebuah proses dimana
anggota kelompok di aras komunitas melakukan simulasi peran melalui dialog,
diskusi, lobi, negosiasi, atau bahkan advokasi dalam sebuah studi kasus terkait
dengan isu kesehatan yang menjadi permasalahan. Berbagai skenario sebaiknya
didesain sehingga memberikan proses pembelajaran bagi komunitas dalam proses
penyelesaian masalah;
7.
MOBILISASI- Merupakan sebuah langkah aksi dari
komunitas untuk mencoba menyelesaikan permasalahan yang muncul. Bekaitan dengan
isu yang diangkat mungkin ini bisa berupa negosiasi dan atau dialog disertai
dengan tip dan trik yang telah dipersiapkan. Terkait dengan permasalahan ini
bisa berupa tindakan mobilisasi anggota dalam komunitas untuk berpartisipasi
dalam memulai kegiatan-kegiatan yang dapat menyelesaikan permasalahan mereka.
Misalnya kampanye operasi jentik nyamuk, orasi kesehatan dan lainnya;
8.
EVALUASI- Sebuah proses dimana anggota
kelompok kesehatan mempunyai keterampilan untuk menilai tentang proses
pembelajaran apa yang mereka dapat dari serangkaian kegiatan yang dilakukan,
apa yang tidak diraih terkait dengan indikator/hasil yang ditetapkan dalam
perencanaan, apa kelebihan dan kelemahan dari proses pelaksanaan aksi yang
telah dilakukan dan bagaimana cara meminimalkan segala kelemahan dan kesalahan
yang telah dilakukan
9.
REFLEKSI- Sebuah langkah yang seringkali
dianggap sepele tetapi disinilah kekuatan spirit sebuah gerakan dalam proses
pengorganisasian. Proses refleksi adalah sebuah proses dimana dimensi rasa
lebih mengutama untuk kemudian mendorong proses kesadaran diri dari anggota
kelompok dalam komunitas. Dalam refleksi, proses pencerahan apa yang terjadi di
masing-masing anggota kelompok di aras komunitas dibagikan berdasarkan
pengalaman mereka ketika melakukan aksi;
10.
PELEMBAGAAN KELOMPOK KESEHATAN- tujuan dari
pengorganisasian kesehatan komunitas salah satunya adalah membangun organisasi
rakyat yang kokoh sehingga mampu menjadi media yang dapat menjembatani segala
persoalan dan aspirasi yang ada di aras komunitas. Proses untuk menentukan
pemimpin organisasi, peran-peran dalam organisasi disepati secara demokratis. Demikian
juga budaya organisasi dan kesiapan manajemen juga diinisiasi untuk menjamin
keberlanjutan organisasi.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Revitalisasi
Puskesmas untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui strategi
pengorganisasian komunitas dilakukan untuk memberdayakan masyarakat dalam hal
penyelesaian masalah kesehatan di aras komunitas basis. Selain itu juga
mendorong potensi masyarakat di aras komunitas basis agar dapat mengatasi
masalah-masalah kesehatan dengan penekanan pencegahan penyakit melalui
keswadayaan yang berkelanjutan dan kontekstual dengan kebutuhan lokal. Secara
skematis dapat dilihat di gambar berikut: Strategi komunitas secara khusus
dilakukan untuk melibatkan secara aktif dinamika masyarakat untuk mencegah dan
mengatasi faktor risiko potensial penyakit menular maupun tidak menular. Selain
itu juga menciptakan agen dengan membentuk kelompok-kelompok kerja masyarakat
yang peduli kesehatan dengan PKK desa sebagai penggerak dan LSM/ KSM/ LPM
sebagai pendamping.
DAFTAR
PUSTAKA:
Modul
Pengorganisasian Komunitas, 2005. Christianto, Pusdakota Ubaya
(www.pusdakota.org) tidak dipublikasikan;
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 949/Menkes/Sk/Viii/2004 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (Klb);
Evaluasi Model Alokasi Anggaran Kesehatan Untuk Penduduk Miskin Dalam Desentralisasi Kesehatan Dra. Chriswardhani Suryawati, Mkes (Fkm Universitas Diponegoro);
Governance And Decentralization Survey 1+. 2004. Laporan Penelitian, Kerjasama Pusat Studi Kependudukan Dan Kebijakan Ugm – Bank Dunia, Yogyakarta, Tidak Dipublikasikan;
McTaggart, R. (Spring 1991). Principles for Participatory Action Research. Adult Education Quarterly. vol. 4, no. 3;
Buku Petunjuk Tentang Kemiskinan dan Analisis Sosial, ADB. 2001. Manila (Lampiran 4)
You are subscribed to email updates from Artikel Kedokteran
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 949/Menkes/Sk/Viii/2004 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (Klb);
Evaluasi Model Alokasi Anggaran Kesehatan Untuk Penduduk Miskin Dalam Desentralisasi Kesehatan Dra. Chriswardhani Suryawati, Mkes (Fkm Universitas Diponegoro);
Governance And Decentralization Survey 1+. 2004. Laporan Penelitian, Kerjasama Pusat Studi Kependudukan Dan Kebijakan Ugm – Bank Dunia, Yogyakarta, Tidak Dipublikasikan;
McTaggart, R. (Spring 1991). Principles for Participatory Action Research. Adult Education Quarterly. vol. 4, no. 3;
Buku Petunjuk Tentang Kemiskinan dan Analisis Sosial, ADB. 2001. Manila (Lampiran 4)
You are subscribed to email updates from Artikel Kedokteran